Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Rabu, 02 Januari 2013

rumahpembelajaran.com, Sumedang- Dalam sebuah pembelajaran pendekatan pembelajaran memiki integritas tersendiri dalam penerapannya. Namun, kadang pendekatan pembelajaran masih belum sepopuler dengan model pembelarajan atau pun metode pembelajaran. Hal ini karena kurangnya pemahaman hakikat tersendiri dalam pendeketan pembelajaran ini. Berikut ini merupakan penjelasan dari hakikat pendekatan pembelajaran
 1.    Pengertian Pendekatan
Menurut Resmini, dkk (2006: 31), “Pendekatan adalah cara seseorang memandang sesuatu atau cara seseorang menjelaskan suatu fenomena”.
Pendekatan berguna untuk merumuskan langkah-langkah pencapaian suatu tujuan yang didasarkan pada pengetahuan secara teori maupun konteks. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dibatasi pada cara seseorang memandang atau menjelaskan tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2.    Pengertian Pembelajaran
Resmini, dkk (2006: 49) mengemukakan, “Pembelajaran merupakan kegiatan guru dan siswa dalam mencapai tujuan”. Dalam pembelajaran, ada guru yang melaksanakan kegiatan mengajar dan ada siswa yang melaksanakan kegiatan belajar.
Jadi, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, 
pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
3.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Para ahli mengutarakan berbagai pengertiannya mengenai pendekatan pembelajaran, di antaranya Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa,
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran ialah aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus bertolak dari asumsi kegiatan guru, kegiatan siswa, dan kurikulum.

REFERENSI

Resmini, dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS
 

Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Senin, 31 Desember 2012

diary-mr417.com, Sumedang- Dalam sebuah pembelajaran pendekatan pembelajaran memiki integritas tersendiri dalam penerapannya. Namun, kadang pendekatan pembelajaran masih belum sepopuler dengan model pembelarajan atau pun metode pembelajaran. Hal ini karena kurangnya pemahaman hakikat tersendiri dalam pendeketan pembelajaran ini. Berikut ini merupakan penjelasan dari hakikat pendekatan pembelajaran
 1.    Pengertian Pendekatan
Menurut Resmini, dkk (2006: 31), “Pendekatan adalah cara seseorang memandang sesuatu atau cara seseorang menjelaskan suatu fenomena”.
Pendekatan berguna untuk merumuskan langkah-langkah pencapaian suatu tujuan yang didasarkan pada pengetahuan secara teori maupun konteks. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dibatasi pada cara seseorang memandang atau menjelaskan tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2.    Pengertian Pembelajaran
Resmini, dkk (2006: 49) mengemukakan, “Pembelajaran merupakan kegiatan guru dan siswa dalam mencapai tujuan”. Dalam pembelajaran, ada guru yang melaksanakan kegiatan mengajar dan ada siswa yang melaksanakan kegiatan belajar.
Jadi, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, 
pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
3.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Para ahli mengutarakan berbagai pengertiannya mengenai pendekatan pembelajaran, di antaranya Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa,
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran ialah aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus bertolak dari asumsi kegiatan guru, kegiatan siswa, dan kurikulum.

REFERENSI

Resmini, dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS
 

Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menulis di SD

diary-mr417.com, sumedang- Pengembangan pembelajaran keterampilan menulis di SD pada dasarnya merupakan peningkatan pencapaian hasil pembelajaran menulis di SD melalui model-model pem-belajaran yang lebih inovatif. Ada sejumlah pertimbangan untuk merumuskan model-model pembelajaran tersebut. Berikut adalah hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merumuskan model-model pembelajaran menulis di SD.
Setiap anak yang lahir normal secara fitrah sudah dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa; oleh Chomsky alat itu dinamakan Language Acquisition Device (LAD). Dengan alat itu (LAD), anak memiliki potensi menguasai suatu bahasa, terutama bahasa pertama (B1). Potensi bawaan yang dimiliki setiap anak itu tidak bersifat kompleks melainkan hanyalah sejenis kemampuan (kompetensi) yang memerlukan kreativitas dan pengembangan melalui tahap-tahap tertentu. Anak yang menjadi pebelajar (subjek) dalam pembelajaran bahasa kedua (B2) dipandang memiliki potensi untuk memperoleh bahasa kedua (B2) berdasarkan pengalaman pemerolehan bahasa pertama (B1).

Model Pembelajaran EPA Dalam Keterampilan Membaca

diary-mr417.com, sumedang - Model pembelajaran ini ditujukan untku meningkatkan keterampilan siswa berinteraksi dengan teks. Kegiatan pembelajaran difokuskan pada pembangkitan dan penghubungan skemata, dengan kebahasaan melali eksplorasi. Untuk itu, teks berfungsi sebagai sumber data yang dieksplorasi oleh sisa dan pembangkitan skemata siswa (aplikasi). EPA adalah singkatan dari Eksplorasi-Penghubungan-Aplikasi.
    Ada beberapa variasi dari model pembelajaran EPA, di antaranya :
a.    Model Pembelajaran EPA 1
    Model pembelajaran EPA 1 ditunjukan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan siswa dalam mengatur fokus pandangan mata pada teks.
b.    Model pembelajaran EPA 2
    Model pembelajaran EPA 2 ditunjukan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan siswa dalam mengatur gerakan (arah) fokus pandangan mata pada teks.
c.    Model Pembelajaran EPA 3
    Model pembelajaran EPA 3 ditunjukan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan siswa dalam merespons data tulisan (teks) yang tidak permanen (sepintas). Dasar pertimbangan dari model ini adalah dalam kehidupan sehari-hari (lingkungan sosial) yang dibaca tidak selalu berbentuk buku atau naskah permanen melainkan ada juga teks yang dibaca sepintas (misalnya tulisan televisi).
d.    Model Pembelajaran EPA 4
Model pemebelajaran EPA 4 ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan membaca kamus. Salah satu aspek yang harus di pahami oleh siswa adalah  nilai tempat huruf pada sebuah kata berdasarkan urutuan abjad. Untuk itu, guru harus membekali siswa dengan keterampilan membaca huruf pada kata dan nilai tempatnya berdasarkan urutan abjad.
e.    Model Pembelajaran EPA 5
    Model pembelajaran ini ditunjukan pada saat proses membaca. Salah satu aspek yang harus dipahami oleh guru bahwa gerakan dan fokus pandangan pada saat proses membaca adalah bersifat multidimensional dan dinamis, bersifat multidimensional artinya gerakan pandangan mata pada saat proses membaca tidak selalu satu arah melainkan muti arah. Bersifat dinamis artinya fokus pandangan mata pada saat proses membaca tidak berpusat pada satu titik melainkan gerakan seiring dengan simbol yang ada pada tulisan.

f.    Model Pembelajaran EPA 6
    Model pembelajaran EPA 6 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengorganisasikan pesan yang diperoleh dari bacaan (teks) dengan perilaku atau aktivitas yang diharapkan. Salah satu aspek yang harus dipahami guru bahwa setiap teks memiliki isi atau pesan bagi pembaca. Misalnya : pembaca diharapkan dapt melakukan sesatu setelah dia membaca. Dalam model inim siswa diharapkan untuk melakukan satu aktivitas atau kegiatan tertentu setelah membaca.

REFERENSI:

Djuanda, Dadan. Dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Bandung : UPI PRESS

Model Pembelajaran Whole Language

diarymr417.com, Sumedang -  Model Whole Language merupakan model pembelajaran bahasa yang menekankan bahwa pembelajaran bahasa merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak memisahkan aspek-aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa disajikan dalam satu kesatuan yang padu antara menyimak, membaca, berbicara, menulis, sastra, dan unsur kebahasaan. Semuanya disajikan secara proporsional sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Tentu saja. Setiap model pembelajaran memiliki karakter atau ciri khusus yang terjadi dan tampak di kelas. Nah, ciri khusus model Whole Language sebagai berikut.
a.    Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah karena sifatnya padu, nyata, relevan, bermakna, dan berfungsi dalam konteks berbahasa yang sebenarnya.
b.     Para siswa akan mempelajari unsur kebahasaan secara simultan atau serempak saat pembelajaran keterampilan berbahasa berlangsung dalam konteks pemakaian bahasa yang sebenarnya.
c.    Para siswa mempelajari bahasa sama dengan membangun makna sesuai dengan konteks.
d.    Perkembangan bahasa siswa merupakan suatu proses pembentukan kemampuan personal sosial.(Depdikbud, 2004: 14)

Perkembangan Bahasa Anak dan Kurikulum KTSP

Sabtu, 29 Desember 2012

diarymr417- Kurikulum KTSP yang digunakan saat ini sudah mengacu pada perkembangan bahasa anak. Penyusunan Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar dilakukan dan disusun secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak dari tingkat rendah yaitu kelas 1 sampai pada tingkat tinggi yakni kelas 6. Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri dari 4 keterampilan yang harus dikuasai siswa yang dimulai dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menu;is.
Keterampilan menyimak muncul terlebih dahulu disbanding keterampilan berbicara, meskipun pada perjalanannya kedua keterampilan ini saling berhubungan. Keterampilan menyimak akan berdampak pada keterampilan berbicara. Karena anak menyimak apa yang terjadi di sekitarnya dan menirukannya. Setelah beberapa lama, anak akan mencari sumber baru, tidak ada salahnya anak diperkenalkan pada buku. Memang menjadi kesulitan tersendiri, karena tidak gampang menemukan buku yang sesuai dengan perkembangan anak, sebagai contoh tidak semua komik cocok dibaca oleh anak. Keterampilan membaca bisa mencakup keterampilan menyimak dan berbicara, dan membaca. Menulis merupakan keterampilan tertinggi dalam keterampilan bahasa. Dengan menulis anak bisa menuangkan hasil simakannya, berbicara dan membacanya. Bisa disimpulkan bahwa yang pertamkali dipelajari anak adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Jadi, keempat keterampilan bahasa, yaitu : berbicara, menulis, mendengarkan dan membaca hendaklah ditanamkan sebaik-baiknya pada murid-murid di sekolah-sekolah, baik untuk keperluan sehari-hari, maupun untuk keperluan menuntut ilmu pengetahuan selanjutnya.

TEORI SIBERNETIK

diarymr417- Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Beberapa kelebihan teori sibernetik ;

1)        Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan dan untuk dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai penjuru dunia..

2)        Pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikasi. Dengan animasi-animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk berjam-jam mempelajari modul yang disajikan.

3)        Menganggap dunia sebagai sebuah global village, dimana masyarakatnya bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikasi dengan mudah dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung.

4)        Buku-buku materi ajar atau sumber pembelajaran lainnya bisa diperoleh secara autentik (sesuai aslinya), cepat dan murah.

5)        Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis siswa akan lebih berani mengungkapkannya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung akibat dari kesalahannya secara langsung.

 
eRPe :: Serba-serbi seputar dunia belajar mengajar © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting , Forum Jual Beli and Business Solutions