Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Senin, 31 Desember 2012

diary-mr417.com, Sumedang- Dalam sebuah pembelajaran pendekatan pembelajaran memiki integritas tersendiri dalam penerapannya. Namun, kadang pendekatan pembelajaran masih belum sepopuler dengan model pembelarajan atau pun metode pembelajaran. Hal ini karena kurangnya pemahaman hakikat tersendiri dalam pendeketan pembelajaran ini. Berikut ini merupakan penjelasan dari hakikat pendekatan pembelajaran
 1.    Pengertian Pendekatan
Menurut Resmini, dkk (2006: 31), “Pendekatan adalah cara seseorang memandang sesuatu atau cara seseorang menjelaskan suatu fenomena”.
Pendekatan berguna untuk merumuskan langkah-langkah pencapaian suatu tujuan yang didasarkan pada pengetahuan secara teori maupun konteks. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dibatasi pada cara seseorang memandang atau menjelaskan tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2.    Pengertian Pembelajaran
Resmini, dkk (2006: 49) mengemukakan, “Pembelajaran merupakan kegiatan guru dan siswa dalam mencapai tujuan”. Dalam pembelajaran, ada guru yang melaksanakan kegiatan mengajar dan ada siswa yang melaksanakan kegiatan belajar.
Jadi, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, 
pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
3.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Para ahli mengutarakan berbagai pengertiannya mengenai pendekatan pembelajaran, di antaranya Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa,
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran ialah aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus bertolak dari asumsi kegiatan guru, kegiatan siswa, dan kurikulum.

REFERENSI

Resmini, dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS
 

Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menulis di SD

diary-mr417.com, sumedang- Pengembangan pembelajaran keterampilan menulis di SD pada dasarnya merupakan peningkatan pencapaian hasil pembelajaran menulis di SD melalui model-model pem-belajaran yang lebih inovatif. Ada sejumlah pertimbangan untuk merumuskan model-model pembelajaran tersebut. Berikut adalah hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merumuskan model-model pembelajaran menulis di SD.
Setiap anak yang lahir normal secara fitrah sudah dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa; oleh Chomsky alat itu dinamakan Language Acquisition Device (LAD). Dengan alat itu (LAD), anak memiliki potensi menguasai suatu bahasa, terutama bahasa pertama (B1). Potensi bawaan yang dimiliki setiap anak itu tidak bersifat kompleks melainkan hanyalah sejenis kemampuan (kompetensi) yang memerlukan kreativitas dan pengembangan melalui tahap-tahap tertentu. Anak yang menjadi pebelajar (subjek) dalam pembelajaran bahasa kedua (B2) dipandang memiliki potensi untuk memperoleh bahasa kedua (B2) berdasarkan pengalaman pemerolehan bahasa pertama (B1).

Model Pembelajaran EPA Dalam Keterampilan Membaca

diary-mr417.com, sumedang - Model pembelajaran ini ditujukan untku meningkatkan keterampilan siswa berinteraksi dengan teks. Kegiatan pembelajaran difokuskan pada pembangkitan dan penghubungan skemata, dengan kebahasaan melali eksplorasi. Untuk itu, teks berfungsi sebagai sumber data yang dieksplorasi oleh sisa dan pembangkitan skemata siswa (aplikasi). EPA adalah singkatan dari Eksplorasi-Penghubungan-Aplikasi.
    Ada beberapa variasi dari model pembelajaran EPA, di antaranya :
a.    Model Pembelajaran EPA 1
    Model pembelajaran EPA 1 ditunjukan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan siswa dalam mengatur fokus pandangan mata pada teks.
b.    Model pembelajaran EPA 2
    Model pembelajaran EPA 2 ditunjukan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan siswa dalam mengatur gerakan (arah) fokus pandangan mata pada teks.
c.    Model Pembelajaran EPA 3
    Model pembelajaran EPA 3 ditunjukan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan siswa dalam merespons data tulisan (teks) yang tidak permanen (sepintas). Dasar pertimbangan dari model ini adalah dalam kehidupan sehari-hari (lingkungan sosial) yang dibaca tidak selalu berbentuk buku atau naskah permanen melainkan ada juga teks yang dibaca sepintas (misalnya tulisan televisi).
d.    Model Pembelajaran EPA 4
Model pemebelajaran EPA 4 ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan membaca kamus. Salah satu aspek yang harus di pahami oleh siswa adalah  nilai tempat huruf pada sebuah kata berdasarkan urutuan abjad. Untuk itu, guru harus membekali siswa dengan keterampilan membaca huruf pada kata dan nilai tempatnya berdasarkan urutan abjad.
e.    Model Pembelajaran EPA 5
    Model pembelajaran ini ditunjukan pada saat proses membaca. Salah satu aspek yang harus dipahami oleh guru bahwa gerakan dan fokus pandangan pada saat proses membaca adalah bersifat multidimensional dan dinamis, bersifat multidimensional artinya gerakan pandangan mata pada saat proses membaca tidak selalu satu arah melainkan muti arah. Bersifat dinamis artinya fokus pandangan mata pada saat proses membaca tidak berpusat pada satu titik melainkan gerakan seiring dengan simbol yang ada pada tulisan.

f.    Model Pembelajaran EPA 6
    Model pembelajaran EPA 6 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengorganisasikan pesan yang diperoleh dari bacaan (teks) dengan perilaku atau aktivitas yang diharapkan. Salah satu aspek yang harus dipahami guru bahwa setiap teks memiliki isi atau pesan bagi pembaca. Misalnya : pembaca diharapkan dapt melakukan sesatu setelah dia membaca. Dalam model inim siswa diharapkan untuk melakukan satu aktivitas atau kegiatan tertentu setelah membaca.

REFERENSI:

Djuanda, Dadan. Dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Bandung : UPI PRESS

Model Pembelajaran Whole Language

diarymr417.com, Sumedang -  Model Whole Language merupakan model pembelajaran bahasa yang menekankan bahwa pembelajaran bahasa merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak memisahkan aspek-aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa disajikan dalam satu kesatuan yang padu antara menyimak, membaca, berbicara, menulis, sastra, dan unsur kebahasaan. Semuanya disajikan secara proporsional sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Tentu saja. Setiap model pembelajaran memiliki karakter atau ciri khusus yang terjadi dan tampak di kelas. Nah, ciri khusus model Whole Language sebagai berikut.
a.    Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah karena sifatnya padu, nyata, relevan, bermakna, dan berfungsi dalam konteks berbahasa yang sebenarnya.
b.     Para siswa akan mempelajari unsur kebahasaan secara simultan atau serempak saat pembelajaran keterampilan berbahasa berlangsung dalam konteks pemakaian bahasa yang sebenarnya.
c.    Para siswa mempelajari bahasa sama dengan membangun makna sesuai dengan konteks.
d.    Perkembangan bahasa siswa merupakan suatu proses pembentukan kemampuan personal sosial.(Depdikbud, 2004: 14)

Perkembangan Bahasa Anak dan Kurikulum KTSP

Sabtu, 29 Desember 2012

diarymr417- Kurikulum KTSP yang digunakan saat ini sudah mengacu pada perkembangan bahasa anak. Penyusunan Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar dilakukan dan disusun secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak dari tingkat rendah yaitu kelas 1 sampai pada tingkat tinggi yakni kelas 6. Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri dari 4 keterampilan yang harus dikuasai siswa yang dimulai dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menu;is.
Keterampilan menyimak muncul terlebih dahulu disbanding keterampilan berbicara, meskipun pada perjalanannya kedua keterampilan ini saling berhubungan. Keterampilan menyimak akan berdampak pada keterampilan berbicara. Karena anak menyimak apa yang terjadi di sekitarnya dan menirukannya. Setelah beberapa lama, anak akan mencari sumber baru, tidak ada salahnya anak diperkenalkan pada buku. Memang menjadi kesulitan tersendiri, karena tidak gampang menemukan buku yang sesuai dengan perkembangan anak, sebagai contoh tidak semua komik cocok dibaca oleh anak. Keterampilan membaca bisa mencakup keterampilan menyimak dan berbicara, dan membaca. Menulis merupakan keterampilan tertinggi dalam keterampilan bahasa. Dengan menulis anak bisa menuangkan hasil simakannya, berbicara dan membacanya. Bisa disimpulkan bahwa yang pertamkali dipelajari anak adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Jadi, keempat keterampilan bahasa, yaitu : berbicara, menulis, mendengarkan dan membaca hendaklah ditanamkan sebaik-baiknya pada murid-murid di sekolah-sekolah, baik untuk keperluan sehari-hari, maupun untuk keperluan menuntut ilmu pengetahuan selanjutnya.

TEORI SIBERNETIK

diarymr417- Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Beberapa kelebihan teori sibernetik ;

1)        Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan dan untuk dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai penjuru dunia..

2)        Pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikasi. Dengan animasi-animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk berjam-jam mempelajari modul yang disajikan.

3)        Menganggap dunia sebagai sebuah global village, dimana masyarakatnya bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikasi dengan mudah dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung.

4)        Buku-buku materi ajar atau sumber pembelajaran lainnya bisa diperoleh secara autentik (sesuai aslinya), cepat dan murah.

5)        Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis siswa akan lebih berani mengungkapkannya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung akibat dari kesalahannya secara langsung.

TEORI PENDEKATAN KOGNITIVISME

diarymr417- Pendekatan koginitv lebih bersifat rasionalis. Konsep dasarnya yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan koginitif sang anak. Teori kognitif menganggap bahwa bahasa itu dikendalikan oleh nalar manusia. Urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. Menurut teori ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa tersebut meliputi : ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada jiwa manusia.
Menurut Eri Sarimanah (dalam http://eri-s-unpak.blogspot.com/2009/05/teori-belajar-bahasa.html) mengungkapkan bahwa pendekatan kogintif menjelaskan bahwa:
1)    Dalam belajar bahasa bagaimana kita berpikir.
2)    Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita.
3)    Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks
Struktur kompleks lahir dan berkembang sebagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kogintif anak dan lingkungan lingualnya. Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur. Tahapan tersebut meliputi: 
1)    Asimilasi : Proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif.
2)    Akomodasi : Proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru.
3)    Disquilibrasi : Prose penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
Proses belajar bahas didapat melalui enaktif, yaitu aktivitas untuk memahami lingkungan ; ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal ; simbolik yaitu memahami gagasan-gagasan abstrak.
Dengan demikian, belajar dapat disikapi sebagi asimilasi dan akomodasi yang bermakna, sehingga dapat menghasilkan pemahaman, penghayatan dan keterampilan. Bila guru memilih bahan pengajaran, sebelumnya harus mengisi dulu schemata anak. Pembangkitan atau pengisian schemata anak dapat berupa pengenalan judul, gambar ilustrasi dalam teks atau menceritakan sinopsisnya agar pada waktu siswa tersebut membaca terjadi asimilasi dan memahami isi yang di baca.
Menurut aliran kognitivisme, belajar merupakan penghubungan pemahaman yang satu dengan yang lain untuk menghasilkan pemahaman yang utuh dan bermakna. Oleh karena itu, dalam hal ini guru harus memperhatikan kesinambungan dan keterpaduan antar materi yang satu dengan yang lain.

Hakikat Media Pembelajaran

diarymr417-  Kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Briggs (1977) mengungkapkan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pengajaran.
Gagne (1979) memandang bahwa media sebagai salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Didalamnya tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi seperti buku, modul, komputer, slide, tape recorder.
Bretz (1971) mengatakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak ditengah tengah, jadi suatu perantara. Ia menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan.

        Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet
Dari pengertian-pengertian di atas kelompok kami menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana/alat untuk menjembatani siswa memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Media juga berfungsi sebagai   alat untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan lebih baik dan lebih sempurna.
Penggunaan media pembelajaran dalam setiap proses belajar-mengajar sangatlah penting, penggunaan media ini memberikan peranan yang sangat penting, karena media menjadi salah satu faktor akan keberhasialan pencapaian tujuan dari proses belajar itu sendiri.
Ditinjau dari peralatan fisiknya media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset video camera, vise recorder slide, komputer, TV, VCD film, foto, gambar grafik. (Gagne & Briggs dalam Arsyad: 2003).

    Penggunaan media pengajaran dapat mengoptimalkan proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Informasi yang dikomunikasikan lewat lambang verbal saja kemungkinan terserapnya amat kecil karena informasi yang demikian merupakan informasi yang abstrak sehingga sangat sulit dipahami dan diresapi oleh siswa. Dengan adanya media ini adalah sebagai jembatan untuk siswa memahami permbelajaran yang diberikan oleh gurunya, media juga dapat membuat pembelajaran semakin menyenangkan, tentunya apabila media yang digunakan sesuai dan tepat sasaran.
Motivasi belajar siswa akan bergerak bagai suatu grafik yang terkadang turun dan kadang naik, semua itu disebabkan beberapa faktor diantaranya penggunaan media yang menarik dan menantang pun bisa menjadikan semangat akan muncul rangsangan siswa belajar.

.

REFERENSI

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Resmini, n. dkk. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.

Suyatno. (2005). Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Grasindo.
Hastuti, Sri. (1997). Strategi Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Sadiman, Arif, dkk. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Hakikat Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menulis di SD

Menulis yang dipandang sebagai kegiatan seseorang dalam menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang kosong adalah salah satu kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa tulis. Kemampuan menulis ini tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dengan kemampuan lain. Alexander (1972) dalam buku Practice and Progress menyatakan, “Nothing should be spoken before it has been heard, nothing should be read before it has been spoken, nothing should be written before it has been read”.
Menulis itu berhubungan dengan membaca, mewicara dan menyimak. Baik menulis maupun membaca, mewicara dan menyimak memiliki fungsi untuk manusia dalam mengomunikasikan pesan melalui bahasa. Pesan itu menurut Syafi’ie (1988) berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan maupun informasi. Jadi, tujuan utama dari pembelajaran menulis adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengomunikasikan pesan melalui bahasa tulis.
Ada sejumlah asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran menulis. Pappas (1995) mengajukan tiga asumsi, yakni sebagai berikut.
a.    Children (all human) are active, constructive learners.
b.    Language is organized in different ways and in different patterns or registers, because it is used for different purposes in different social contexts.
c.    Knowledge is organized and constructed by individual learners through social interaction.
Sejalan dengan itu berarti siswa hendaknya dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk memahami (belajar) secara aktif dan konstruktif. Bahasa memiliki cara yang berbeda-beda dalam penggunaannya, termasuk dalam menulis. Perbedaan itu diakibatkan oleh perbedaan pola, system, symbol yang digunakan dalam suatu bahasa akibatnya adanya perbedaan tujuan dan konteks social. Pengetahuan tentang menulis dapat dimiliki oleh siswa melalui interkasi social, yakni pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan dalam pembelajaran bahasa dan potensi siswa.
bersambung. . . .  (jika mau seluruhnya silahkan download dibawah ini)
 
====download=====
4shared klik disini




Facebook dan Perkembangan Anak

Jumat, 28 Desember 2012

diarymr417- Facebook? Siapa sih yang tidak mengenal facebook. Semua orang pasti mengenalnya mulai dari ragam profesi, hingga yang paling miris ragam usia. Hah? Ragam usia? Maksudnya?
Yupz, ragam usia dimaksudkan tak terbatasnya usia yang menjadikan manusia mengenal dan bahkan menggunakannya.
Sedikit mengulas tentang asal usul facebook yang dahulu saya pernah post. Bagi yang belum baca bisa baca disini).
Facebook atau pun yang lainnya hakikatnya bertujuan untuk menginteraksikan orang ke orang lain. Hal ini yang tersedia disini, beargam orang dari beragam yang telah tadi saya katakan menampakan dirinya di dunia maya ini dengan saling berkomunikasi dengan lainnya.
Ketersediaan interaksi itulah yang menjadikan beragam usia menerjang ini. Pada dasarnya jika mereka yang telah bisa membedakan hitam dan putih itu sih wajar saja (red:orang dewasa). Tapi bagaimana dengan yang tidak????
Di lingkungan saya, anak yang berusia 9 tahun saja sudah mempunyai ini. FACEBOOK. ya, saya pribadi tak habis pikir apa yang salah dengan ini???? Coba kalian bayangkan, anak yang masih belajar berhitung 3 x 3 ini saling sapa menyapa dengan lawan jenisnya. "terima kasih ya sudah dikonfirm," "kamu itu....." waduh, kekacauan menjelma dunia ini.
Lantas saya bertanya pada anak itu, "Pnya facebook juga? terus daftarnya gimana? daftar tahunnya gimana?" Yupz tahun. Coba saja kalian mendaftar ke facebook dengan usia tahun kelahiran 2003 atau bahkan 2000. Apakah kalian bisa mendaftar??? (ingat ini digunakan tanggal 28 Desember 2012). Apakah bisa? Coba jawab sendiri.
Ya, sejatinya zurkenberg dkk, telah meminimalisir dan memproteksi anak-anak / (kanak-kanak) untuk tidak menggunakan facebook. Karena apa? Mereka pasti telah tahu apa akibatnya nanti, dan apa pengaruhnya yang tidak baik untuk masa depannya.
Terus pertanyaannya, Kenapa mereka memiliki facebook???
Jawabannya cuma satu. Kurang proteksi dari orang tua, keluarga atau pun sekolah dalam hal menjaga anaknya dari setiap kegiatan yang dilakukannya.
Terus harus bagaimana dengan ini? Sedini dan secepat mungkin beritahu anak kalin, saudara kalian yang masih berada pada status anak-anak untuk tidak menggunakan facebook saat ini. Karena mereka belum masanya dan belum saatnya untuk menggunakan itu. Karena apa, DIA AKAN DEWASA SEBELUM WAKTUNYA. Yang pasti ini menyangkut perkembangan anak.
bersambung............

(akibat dan seperti apa dewasa sebelum waktu nanti menyusul)

Perbedaan Bahasa Inggris Britsh dan Amerika

Kamis, 27 Desember 2012

Perbedaan Bahasa Inggris British dan Bahasa Inggris Amerika?? Pernah denger Obama pidato? (baca: Pidato Obama: Video + Teks) atau pernah lihat Steven Gerard bicara? Obama menggunakan Bahasa Inggris Amerika sedang Steven Gerard jelas Bahasa Inggris British alias Bahasa Inggrisnya asli Inggris. Ya begitulah, Bahasa Inggris British dan Bahasa Inggris Amerika memang sering dianggap perlu untuk diketahui. Mengapa demikian?

Nah disini saya akan mengutipkan tulisan dari Algeo (2006: 2) dalam Bukunya “British or American English?” tentang beberapa perbedaan antara Bahasa Inggrisnya orang asli Inggris dan Bahasa Inggrisnya orang Amerika. Meski tulisan tersebut hanya sebatas ringkasan dari sekian banyak pembahasan perbedaan Bahasa Inggris Amerika dan British, namun setidaknya hal ini bisa menjadi salah satu acuan dalam mengenal kedua jenis Bahasa Inggris yang terkenal di dunia. Berikut adalah Kutipannya:

“The most obvious difference between British and American is in the “tune” of the language, that is, the intonation that accompanies sentences. When a Briton or an American talks, they identify themselves primarily by the tunes of their respective varieties. In singing, the prose tune is overridden by the musical tune, making it much harder to distinguish British and American singers. Other pronunciation differences exist in stress patterns and in consonant and vowel articulation and distribution.”


Perbedaan paling jelas antara Bahasa Inggris British dan American adalah “nada” bahasanya, yaitu, intonasi yang ada pada kalimat-kalimatnya. Ketika orang Inggris dan orang Amerika bicara, mereka dikenal terutama dengan intonasi keanekaragaman mereka masing-masing. Ketika menyanyi, nada prosa berbeda dengan nada musiknya, hal ini lebih menyulitkan untuk membedakan antara penyanyi Inggris dan penyanyi Amerika. Perbedaan lain dalam pengucapan berada pada pola tekanan suara dalam pengucapan konsonan dan vocal (huruf hidup).

“Grammatical differences have been treated, but mainly by individual scholarly studies focused on particular grammatical matters. Extensive and comprehensive treatment is rare. Popular writers on grammar are aware that British and American differ in their morphosyntax but tend to be sketchy about the details. Anthony Burgess (1992), who is one of the linguistically best informed men of letters, settled on a few verb forms as illustrations. The grammatical differences between the two principal national varieties of the language are, however, manifold. Some general treatments of British-American grammatical differences, from various standpoints, are those by Randolph Quirk et al. (1985), John Algeo (1988), Michael Swan (1995), Douglas Biber et al. (1999), Rodney Huddleston and Geoffrey Pullum (2002), Gunnel Tottie (2002, 146–78), Peter Trudgill and Jean Hannah (2002), and Pam Peters (2004).”


Perbedaan grammar telah lama diperbincangkan, tapi umumnya lewat studi para ahli secara perorangan yang difokuskan pada beberapa persoalan grammar. Perbincangan yang komprehensif dan ekstensif jarang terjadi. Para penulis grammar ternama memahami betul bahwa Bahasa Inggris British dan Bahasa Inggris Amerika berbeda dalam morphology dan syntaxnya, akan tetapi mereka cenderung membahasnya secara garis besarnya saja.

Anthoni Burgess, salah seorang ahli bahasa, setuju bahwa beberapa bentuk kata kerja sebagai suatu ilustrasi belaka. Meskipun begitu perbedaan grammatikal antara dua bangsa yang berbeda ini memang bermacam-macam. Pembahasan umum mengenai perbedaan Bahasa Inggris British dan Amerika ini, dari berbagai sudut pandang dapat ditemukan pada karangan Randolph Quirk dkk, John Algeo, Michael Swan, Douglas Biber dkk, Rodney Huddleston dan Geoffrey Pullum, Gunnel Tottie, Peter Trudgill dan Jean Hannah, dan Pam Peters.

“Although many, few of the grammatical differences between British and American are great enough to produce confusion, and most are not stable because the two varieties are constantly influencing each other, with borrowing both ways across the Atlantic and nowadays via the Internet. When a use is said to be British, that statement does not necessarily mean that it is the only or even the main British use or that the use does not occur in American also, but only that the use is attested in British sources and is more typical of British than of American English.”


Meskipun kedua perbedaan bahasa tersebut terlihat tidak stabil karena kedua keragaman tersebut saling mempengaruhi—dengan meminjam kedua cara melalui laut atlantik dan via internet pada saat ini—sedikit perbedaan grammar antara Bahasa Inggris British dan Amerika memang cukup membingungkan. Ketika penggunaan bahasa dikatakan sebagai Bahasa Inggris British—sebuah ungkapan tidak diartikan bahwa ini hanyalah satu-satunya Bahasa Inggris British atau penggunaan Bahasa Inggris British tidak terjadi di Amerika jua—tapi hanya saja bahwa penggunaan tersebut dibuktikan dengan sumber bahasa dari Bahasa Inggris British dan penggunaan bahasa tersebut lebil khas sebagai Bahasa Inggris British daripada Amerika.

Mungkin cukup sekian saja beberapa perbedaan umum antara Bahasa Inggris British dan Bahasa Inggris Amerika, mohon maaf dan koreksinya untuk terjemahan yang kurang pas, yah wajar lah dadakan…. Mumpung ada pulsa internet satu hari,…

sumber

Verba Transitif dan taktransitif

diary-mr417   Istilah transitif dan taktransitif berkaitan dengan verba (kata kerja) dan nomina (kata benda) yang mengiringinya. Verba transitif menyatakan peristiwa yang melibatkan dua maujud atau entisitas: manusia, binatang, atau hal yang dapat menjadi titik tolak untuk memerikan peristiwa itu, baik dengan menggunakan verba aktif maupun verba pasif. Sebagian verba transitif menggunakan tiga maujud. Dalam bentuk kalimat aktif, satu maujud berada di muka verba dan dua lainnya di belakang verba. Kategori sintaksis dari ketiga maujud ini adalah nomina.
Contoh:
Dia mengirimi Herlina bunga.
Herlina dikiriminya bunga.
Bunga dikiriminya Herlina.

Dalam tata bahasa tradisional, yang umumnya mengikuti tradisi bahasa Barat, dua nomina yang di belakang verba itu disebut objek langsung dan objek tak langsuung. Mengingat adanya peran sufiks yang dominan dalam bahasa kita, maka dalam buku ini nomina yang langsung berada di belakang verba dan yang dalam
kalimat pasif bisa berfungsi sebagai subjek dinamakan objek, sedangkan nomina yang lain di belakang verba dinamakan pelengkap.
Verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara tiga maujud, seperti mengirim-mengirimi-mengirimkan,
memberi- memberikan, menugasi-menugaskan disebut verba dwi transitif atau bitransitif. Verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara dua maujud lain disebut verba ekatransitif atau monotransitif.
Objek verba transitif kadang-kadang bisa tidak hadir. Verba seperti membaca bisa dipakai dalam kalimat Dia sedang membaca buku atau Dia sedang membaca. Verba transitif yang objeknya manasukan seperti ini dinamakan verba semitransitif.
Verba yang tidak dapat diikuti objek disebut verba taktransitif misalnya, duduk, bercukur, tertawa, dan  membisu. Ada pula verba taktransitif yang diikuti nomina, tetapi nomina ini berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
Lina menyerupai tantenya.
Tantenya diserupai Lina.

Verba
menyerupai
merupakan

verba taktransitif karena  mengungkapan hubungan dua maujud, sedangkan peristiwa yang dinyatakan hanya diperikan dari segi Lina. Maujud yang kedua itu tantenya adalah pelengkap.

Istitlah-istilah dalam Tata Bunyi Kebahasaan

Beberapa Pengertian Mengenai Tata Bunyi

a. Fonem, Alofon, dan Grafem
Bunyi bahasa yang minimal yang membedakan bentuk dan makn kata dinamakan fonem. Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis diantara dua garis miring: /.../. Jadi, dalam bahasa indonesia /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan bentuk dan arti.
Fonem dalam bahasa dapat mempunayai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti kata dinamakan  alofon. Alofon dituliskan diantara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak
lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].
Kalau kita berbicara tentang fonem, kita berbicara tentang bunyi; kalau kita berbicara tentang grafem kita berbicara tentang huruf. Grafem dituliskan di antara dua kurung sudut <....>. memang benar bahwa presentasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya, umtuk mennatakan benda yang dipakai untuk duduk,
kita menulis kata kursi dan mengucapkannya pun /kursi/ -dari segi grafem ada lima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan.
Akan tetapi, hubungan satu-lawan-satu seperti itu tidak selalu kita temukan. Grafem , misalnya, dapat mewakili fonem /e/ pada kata sore dan fonem /É™/ seperti pada kata besar. Sebaliknya, fonem /f/ bisa pula dinyatakan dengan dua grafem yang berbeda: fajar, visa. Fonem /Å‹/ dinyatakan dengan dua huruf, yakni n dan g. Dua huruf itu membentuk satu grafem .

b. Gugus dan Diftong
Pengertian dasar mengenai gugus dan diftong adalah sama. Perbedaannya ialah bahwa gugus berkaitan dengan konsonan, sedangkan diftong dengan vokal. Gugus adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. Jika gabungan konsonan seperti itu termasuk dalam dua suku
kata, maka gabungan itu tidak dinamakan gugus. Jadi, /kl/ dan /kr/ dalam kata /klinik/ dan /prokol/ adalah gugus karena /kl/ dan /kr/ masing-masing termasuk dalam satu suku kata, yakni /kli/ dan /- krol/. Sebaliknya, /kl/ dan /kr/ dalam /maklum/ dan /takrif/ bukanlah gugus karena pemisahan sukunya adalah /mak-lum/ dan
/tak-rif/.
Diftong juga merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata, tetapi yang dapat digabungkan adalah vokal dengan /w/ atau /y/. Jadi. /aw/ pada /kalaw/ dan /baŋjaw (untuk kata kalau dan bangau) adalah diftong, tetapi /au/ pada /mau/ dan /bau/ (pada kata mau dan bau) bukanlah diftong.

c. Fonotatik
Kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu morfem dinamakan kaidah fonotatik. Bahasa Indonesia misalnya, mengizinkan jejeran seperti /-nt/ (untuk), /-rs/ (bersih), dan /-st/ (pasti), tetapi tidak mengizinkan jejeran seperti /-pk/ dan /-pd/. Tidak ada morfem asli dalam bahasa Indonesia yang menjejerkan fonem seperti yang dicontohkan di atas. Jadi, bentuk-bentuk, seperti opkir dan kapdu terasa janggal dan memang tidak ada kata dengan jejeran fonem yang demikian dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, singkatan terutama dalam bentuk akronim, hendaknya serasi dengan kaidah fonotatik kita.

Kosakata Bahasa Indonesia Hasil Serapan

Selasa, 25 Desember 2012

Kosakata Bahasa Indonesia Hasil Serapan, Kata Pungut dari Bahasa Asing, kemudian dipungut menjadi Kosakata Bahasa Daerah
Alur pengayaan kosakata:
B3                                   B2                  B1
Dari Bahasa Asing (B3) ke Bahasa Indonesia (B2) diteruskan ke Bahasa Daerah (B1).Kosakata Bahasa Asing memperkaya pembendaharaan kosakata Bahasa Indonesia, sekaligus memperkaya pembendaharaan kosakata Bahasa Daerah.
Proses ini terjadi, dilandasi kondisi kebahasaan masyarakat dwibahasa. Pada kalangan cendikiawan, dosen, guru, mahasiswa, dan siswa.Kadang-kadang berkomunikasi lisan menggunakan ketiga macam bahasa itu (berbahasa kombinasi/gado-gado). Oleh karena itu, transfer kosakata antar B2 ke B1 : B2 ke B3 keseringan berlangsungnya cukup tinggi.


DAFTAR ALUR PENGAYAAN KOSAKATA
 B3                                   B2                                                   B1
No.
Kosakata Asal Bahasa Asing (B3)
Kosakata Bahasa Indonesia (B2)
Kosakata Bahasa Daerah/Sunda (B1)
1.
Ilmu
Ilmu
Elmu
1.       
Book
Buku 
Buku 
3.
Television
Televisi
Televisi
4.
Bottle
Botol
Botol
5.
Glass
Gelas
Gelas
6.
Lamp
Lampu
Lampu
7.
Machine
Mesin
Mesin
8.
Class
Kelas
Kelas
9.
President
Presiden
Presiden
10.
Pencil
Pensil
Pensil


 
eRPe :: Serba-serbi seputar dunia belajar mengajar © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting , Forum Jual Beli and Business Solutions