TEORI PENDEKATAN KOGNITIVISME

Sabtu, 29 Desember 2012

diarymr417- Pendekatan koginitv lebih bersifat rasionalis. Konsep dasarnya yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan koginitif sang anak. Teori kognitif menganggap bahwa bahasa itu dikendalikan oleh nalar manusia. Urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. Menurut teori ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa tersebut meliputi : ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada jiwa manusia.
Menurut Eri Sarimanah (dalam http://eri-s-unpak.blogspot.com/2009/05/teori-belajar-bahasa.html) mengungkapkan bahwa pendekatan kogintif menjelaskan bahwa:
1)    Dalam belajar bahasa bagaimana kita berpikir.
2)    Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita.
3)    Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks
Struktur kompleks lahir dan berkembang sebagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kogintif anak dan lingkungan lingualnya. Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur. Tahapan tersebut meliputi: 
1)    Asimilasi : Proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif.
2)    Akomodasi : Proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru.
3)    Disquilibrasi : Prose penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
Proses belajar bahas didapat melalui enaktif, yaitu aktivitas untuk memahami lingkungan ; ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal ; simbolik yaitu memahami gagasan-gagasan abstrak.
Dengan demikian, belajar dapat disikapi sebagi asimilasi dan akomodasi yang bermakna, sehingga dapat menghasilkan pemahaman, penghayatan dan keterampilan. Bila guru memilih bahan pengajaran, sebelumnya harus mengisi dulu schemata anak. Pembangkitan atau pengisian schemata anak dapat berupa pengenalan judul, gambar ilustrasi dalam teks atau menceritakan sinopsisnya agar pada waktu siswa tersebut membaca terjadi asimilasi dan memahami isi yang di baca.
Menurut aliran kognitivisme, belajar merupakan penghubungan pemahaman yang satu dengan yang lain untuk menghasilkan pemahaman yang utuh dan bermakna. Oleh karena itu, dalam hal ini guru harus memperhatikan kesinambungan dan keterpaduan antar materi yang satu dengan yang lain.

2 komentar:

  1. Thanks juga Bro! Wah, blog Anda banyak berisi artikel pendidikan yg juga saya sukai dan perlukan! Salam kenal! Sekaligus jg mohon ijin share kalo ada yg saya perlukan! Trims

    BalasHapus
  2. Sip, salam kenal telah berkunjung balik. Salam dunia pendidikan,

    BalasHapus

 
eRPe :: Serba-serbi seputar dunia belajar mengajar © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting , Forum Jual Beli and Business Solutions